Tulisan ini saya ikutsertakan dalam tantangan 8 minggu ngeblog bersama Angingmammiri, pekan ketujuh.
Sejak 2008 lalu, saya memiliki akun blog di blogspot, salah satu
domain gratis yang populer saat itu. Saya merasa perlu memberi rumah pada
kesenangan saya menuliskan berbagai hal. Puisi narsis, cerita narsis, curhat
narsis, atau apapun yang bentuknya tulisan kenarsisan saya. Saya belum cukup
bekal untuk menuliskan hal lain, selain segala hal yang pernah saya alami.
Saya sempat memiliki tempat penampungan tulisan, yang nebeng
dengan media sosial saya. Kala itu di Friendster (Fs). Saya malah lebih aktif
menulis dibandingkan bersosialisasi di pertemanan dunia maya. Saya juga pernah
punya akun Multiply dan sosmed lainnya. Tapi karena saya kesulitan memberi
ruang pada tulisan, maka sosmed tersebut saya abaikan. Saya pun beralih ke
Facebook (Fb). Ada senior yang merekomendasikan.
Sebenarnya khawatir
meninggalkan Fs. Sayang saja dengan beberapa tulisan yang sudah terposting di
sana. Lama kelamaan, saya malah menjadi aktivis Fb. Beberapa tulisan dari Fs
saya pindahkan ke catatan yang disediakan akun Fb. Saya lalu membuat
tulisan-tulisan baru, kadang sekedar copast postingan lagu atau tulisan orang
lain.
Ada yang membuat saya tidak nyaman menulis di akun sosial media.
Background teman saya berbeda-beda tapi kadang belum bisa menerima perbedaan.
Larangan, batasan, membuat saya merasa tidak bebas. Padahal saya menulis tetap
dalam norma. Apalagi saya ngaji juga. Mungkin curhatan saya dengan bahasa
"tinggi" yang kadang berhiperbola atau "menelanjangi" diri
sendiri belum mereka pahami. Entah dianggap membuka aib atau melebih-lebihkan
sesuatu. Saya memahami mereka maka saya membatasi postingan di catatan Fb.
Pada bloglah saya pulang. Tidak semua teman saya, bahkan jarang,
yang punya blog, apalagi yang perempuan. Kalaupun ada, saya yakin mereka
memahami jiwa "aneh" orang yang suka menulis. Saya yakin mereka bisa
menerima ada orang dengan jilbab gede dengan basic ilmu sains tapi lebih doyan
membeli novel, membeli buku kumpulan puisi atau cerpen, menonton pertunjukan
seni, menonton pemutaran film indie, mengikuti diskusi tentang sastra, membuat
buletin, atau sekedar menuliskan kisah embrio "cinta" yang gagal ke
dalam blog tanpa sungkan. Saya yakin, teman baru saya, para blogger, juga akan
sangat mengerti jiwa para penulis di blog. Kalau suka pada tulisannya akan dibaca,
dikunjungi, dijadikan sahabat. Kalau tidak suka, silakan tinggalkan. Tentu
dengan rambu penulisan yang disepakati bersama. Tidak menyinggung SARA, kekerasan, pornografi, judi online. Jika bisa ada manfaatnya, minimal ada ibrah yang bisa dibawa pulang setelah
berkunjung.
Seandainya saya tidak ngeblog, saya kesulitan untuk menemukan
media tempat saya bisa jujur pada diri sendiri. Aslinya, saya bukan orang yang
mudah berbagi. Di dunia nyata, saya tidak gampang percaya dengan orang lain,
saya tidak mudah mengekspresikan perasaan. Di blog, saya mempersilakan siapa
saja membaca saya, memberi nilai. Saya nyaman dengan itu.
Seandainya saya tidak ngeblog, maka pohon-pohon sebagai pemasok
udara bersih (O2) yang manusia butuhkan untuk bernafas akan ditebang lebih
banyak. Saya menjadi salah satu orang yang menyebabkan terbabatnya hutan,
memanasnya suhu bumi, bocornya lapisan ozon. Saya butuh lebih banyak kertas
dalam diary untuk menuliskan kegalauan saya beberapa bulan terakhir. Dengan
blog, saya berupaya untuk sedikit saja tidak terlibat sebagai pelaku kerusakan
di muka bumi. :).
Seandainya saya tidak ngeblog, saya tidak akan berkenalan dengan
Komunitas Blogger Angingmammiri yang sedang mengadakan tantangan ngeblog selama
8 pekan. Aktivitas yang baru saja saya rambah kembali setelah kevakuman nyaris
setahun. Kala galau tingkat dewa melanda, kala jiwa tak sehat harus
diselamatkan, kala menghindari psikosomatis kembali, kala menolak untuk
depresi, kala beberapa teman dekat mendesak saya untuk berobat dengan cara
menulis, saya menyisihkan waktu untuk ngeblog kembali. Tantangan menulis ini
menjadi salah satu penyembuh saya (tuh kan, saya berhiperbola. Tapi faktanya
memang demikian. Tentu tidak mengabaikan sholat, mengaji, dzikit, dan do'a).
Saya bisa berbagi, belajar, menyerap ilmu, mendapatkan masukan, menerima dukungan.
Ah...
Seandainya saya tidak ngeblog, saya tidak akan kenal dengan Bunda
Niar yang welcome dan sudah punya buku dari hasil ngeblog, dengan Bunda Imma
yang menghadiahi saya pulsa karena berhasil menebak ending dongengnya, dengan
Ka Ira yang juga orang Sinjai, dengan Ka Nanie yang ternyata senior saya di
MIPA, dengan Vanisa, DeKa, NdoroAyu, SajakrerinduKlaten yang menjadi tetangga saya di blogspot, dan dengan semua peserta
tantangan 8 minggu ngeblog Angingmammiri beserta karya-karyanya yang seru-seru.
Jika saya tidak ngeblog, saya tidak akan pernah menggunakan jempol
saya sebagai mulut yang menyuarakan kata. Saya tidak akan punya ruang
berbincang dengan diri sendiri tanpa bunyi saat mengurung diri di kamar kosan.
Meskipun tampilan blog awut-awutan dan saya belum tahu memaksimalkan
fasilitasnya. Meskipun saya masih asing
dengan istilah-istilah dunia pemblogeran. Blog walking, give away, hosting,
dll. Meskipun blog saya masih begitu sederhana. Sesederhana pengetahuan saya
yang belum tahu caranya menjadi member balik orang-orang baik yang bersedia menjadi tetangga
setia saya di blog.
21 comments:
Banyak sudah pengalaman ngeblog, semoga tetap semangat ngeblog :)
Iya, dg ngeblog kita bisa saling kenal ya :)
seandainya saya tidak ngeblog, tidak akan kenal dengan isma sekampung saya yang keren :P
Seandainya saya tidak nge-blog, saya tidak akan membaca tulisan-tulisan mbak yang sangat humanis. Hmmm
aku idem nih denganmu untuk yang satu ini:
Seandainya saya tidak ngeblog, saya kesulitan untuk menemukan media tempat saya bisa jujur pada diri sendiri. Aslinya, saya bukan orang yang mudah berbagi. Di dunia nyata, saya tidak gampang percaya dengan orang lain, saya tidak mudah mengekspresikan perasaan. Di blog, saya mempersilakan siapa saja membaca saya, memberi nilai. Saya nyaman dengan itu.
heran juga kenapa bisa beda antara aku di tulisan dan aku aslinya. aku aslinya itu rada2 tertutup.
Seandainya saya tidak ngeblog, saya tidak akan terharu membaca kisah2 Isma.
Teman2 saya juga tdk banyak yang punya blog. Ada yang ngeblog tapi tdk begitu aktif. Karena tulisan2 suka sy share di Facebook, teman2 jadi suka mampir. Karena (mungkin) saya jadi unik dgn menulis. Padahal waktu di sekolah/kampus, saya tidak pernah menulis. Menulisnya setelh nikah, atas dorongan suami :)
Oya, terimakasih ya Isma, sudah mention saya di tulisan ini :)
belum banyak kom... Hanya mencoba menjadikan blog media menulis agar tetap keren...
Betul skali.... :)
Sy keren ketularan ka Ira... Hehhehe
Terima kasih... Tulisan yang humanis??? Hmmm, kalimat yg manis. Saya suka :D. Meski gak bgtu paham pnjelasanx. Saya tetap suka...
Ye ye ye... Punya teman senasib sepenanggungan... Hehe.
Sama-sama bun...
Terima kasih sudah baca tulisan2 saya... Lebih tepatnya curhatan sebenarnya...heheh
sama yagh dulu z juga suka nulis2 di friendster, hehehhe :D
btw orang sinjai-kah juga kita????sama dong...
qt juga org sinjai....??? Ka Ira juga... Adakah komunitas blogger Sinjai? Ajakka gabung...
waaaaa.... ternyata sama ya kak isma... perbedaan "dunia" bikin nulis di fb mlah kayak bikin tambah stres....
memang blog the right place to share ya? hihihii... curcol plus latihan nulis, kita bebas mau nulis sesuai versi kita
Betuuuuuuuuul :D
hehehe...muka saya jd merah karena namaku disebut. Makasih ya...
Seandainya saya tidak ngeblog,tentu kita takkan bisa bertemu di dunia maya dan saling bersilahturahim denganmu.Saya berdoa,semoga kita bnr2 bisa dipertemukan Allah,dibumi Makasar....Aamiin....
hehe... Amiiiiin. Sy tunggu d Makassar Bun...
Isma: ada komunitas blogger sinjai koq....mau bergabung? saya sih cuman penggembira di situ
Oooo...mauja jg jdi penggembira kk.... Hehe
Post a Comment