Monday 17 October 2011

LELAKI BIASA DAN SEKERAT HATI


Aku menuliskan kisah ini dengan mata yang sembab dan hati yang sesak. Aku dilukai oleh perasaanku sendiri. Aku tersakiti oleh kepercayaan yang kubangun sendiri. Hidup memang berat. Tapi kali ini bumi begitu oleng kupijak.
Dia begitu sederhana. Lelaki diam dalam alunan lagu gitarnya. Tak ada yang istimewa kecuali senyumnya yang tulus. Dia menyapaku lewat permainan kartu saat malam menggigit letih. Tak ada sinyal ketertarikan. Lagipula itu bukan tujuanku berada di kegiatan lapangan ini.
Pesan singkat yang jarang tapi kontinu hingga memintaku untuk menghubunginya sesekali, Interaksi itupun terjalin. Tak bernama… pertemanan sekalipun. Sesekali menanyakan kabarku pada seorang kawan. Kami hanyalah kenalan biasa. Tapi yang kuyakini, aku telah menjadi salah satu dari sekian banyak nama wanita di hpnya yang sesekali disapaanya basa-basi.
Dia sangat peduli saat eembrio hubunganku dengan yuniornya  tak berhasil bertumbuh. Begitu juga saat proses kedekatanku dengan seseorang dari masa lalu kandas. Dia menanyakan peluang. Aku hanya tertawa. Tak ada sedikitpun keinginan untuk memberinya jalan. We are just friend… gak lebih, gak kurang.
Salah satu sahabat yang menyayangiku meninggal. Aku kehilangan dan mencari pelarian. Dia satu-satunya orang yang tersedia. Aku selalu mendatanginya. Mencari dunia baru. Dia GR. Teman-temannya menganggap aku menyukainya. Dia terpengaruh lalu mengajakku berkomitmen. Aku tertawa. Kuberi syarat. Dia tak mau. Ya sudah… tapi dia mau tetap berusaha. Kuberi jalan. Tiga bulan plus sholat dan restu pappi. Dia mengiyakan meski berat. Ada sedikit rasa getassaat memulai komitmen itu. Ternyata selama komunikasi meski sebagai teman, dia sedang menjalin hubungan dengan yunior sefakultasnya, mantannya setahun yang lalu. Lelaki… lelaki
Selama dua tahun… banyak hal indah juga air mata pertengkaran. Aku dan dia dua orang keras yang memaksakan bersama. Pappi menentang hebat. Teman-teman memandang remeh. Aku keluar dari pekerjaan. Fansku dan fansnya terjauhkan. Hanya cinta yang menguatkan kami. Tapi cinta itu kalah dengan waktu… dia tak mampu menepati janjinya lalu bara itu meletup setiap saatnya.
 Sampai saat itu… dia satu-satunya orang yang menjadikanku selayaknya putri… tetapi sekaligus menjadikanku seperti sampah. Aku dilukainya. Tak ada apa-apa yang dilakukan untuk mewujudkan impian itu. Malah sikapnya semakin menghancurnya psikologisku.  Kuberanikan diri untuk mengakhiri meski sangat berat. Ini baik untuk bertumbuhnya kebaikan-kebaikan kami dan orang-orang disekitar kami. Semoga kami bertemu dengan orang yang lebih baik dan menjadi jalan kami menjadi baik.
Terima kasih lelaki yang memanggilku ay…semoga kau berbahagia. Kubenci kau dengan cintaku. Bodohku karena menganggapmu hebat dan rekormu belum tergantikan. Kesalahan terbesarku adalah mempercayaimu. Dan hal yang paling kusesali dalam hidup adalah mencintaimu.

Menjelang tengah malam… 11.59 (17102011)
lelaki ini... yang telah kutitipkan cintaku, melukaiku hingga berdarah2 sebelum cinta itu kuambil kembali
lelaki biasa dan sederhana itu... menunjukkan taringnya yang menghujam jantungku dengan sikap sifatnya
lelaki itu... kembali berhasil menorehkan luka cinta yang telah mengering... dan melahirkan kembali rasa benci atas kaumnya

(April 2013... hei, aku jatuh cinta lagi pada lelaki ini)