Tulisan dengan tema WARNA cukup lama menyita pikiran ditengah kesibukan kegiatan dalam rangka memperingati Hardiknas. Profesi yang menuntut itu. Tulisan ini saya ikutkan pada lomba 8 minggu ngeblog bersama Anging mammiri pekan keempat.
Anugerah Tuhan menghadiahkan sepasang mata kepada sebagian besar
dari kita untuk melihat spektrum keindahan ciptaanNya. Apalah jadinya jika
seluruh jagat raya dan permukaan bumi memerah. Betapa kacaunya jika semuanya
berwarna biru atau putih saja. Keseragaman memang membosankan dan sebuah
kemustahilan.
Mengapresiasi anugerah itu membuat saya tidak fanatik terhadap
sesuatu termasuk dalam hal warna. Meskipun sering memilih warna biru, tapi saya
tidak menutup diri pada warna lain. Eh, dulu sih pernah tidak suka dengan warna
pink. Terlalu perempuan. Tapi sejak saya kuliah dan jatuh cinta, saya mulai
genit. Awalnya hanya memakai kaos kaki pink. Lama kelamaan jilbab, baju, gamis,
buku diary malah ada beberapa yang berwarna pink.
Dalam postingan ini, saya ingin menuliskan warna dalam kehidupan saya. Warna yang
membuat hari-hari saya dinamis, tak terbatas pada apa yang terlihat mata tapi
semua yang digerakkan Tuhan untuk saya rasakan.
MERAH
Merah itu dia. Sosok sederhana yang mencinta diam-diam demi
seorang sahabat yang juga memiliki rasa yang sama. Merah di baju dan celana
pendek selutut saat pertama berjumpa. Sederhana tapi tak biasa. Dalam waktu,
dia berhasil memerahkan saya. Dalam waktu pula, dia dan saya kalah. Seperti
cintanya pada saya, dia tak lagi mencintai merah. Sepertinya hitam kini
mewakili hatinya.
HITAM
Saya menikmati kekelaman malam. Saya menikmati kepekatan gelap
saat menutup mata. Saya memiliki masa yang mahal dalam ruang misterius yang
menyamankan saat diselubungi hitamnya kegelapan. Hitam menyamarkan duka dan
memproklamirkannya sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Hitam mewakili
ketakberdayaan indera tanpa cahaya. Hitam itupulalah yang saya rasa saat haru
biru cinta saya akhirnya terabai olehnya.
BIRU
Warna favorit: Biru. Ya, begitulah yang biasa saya tuliskan saat
diminta mengisi biodata di diary teman-teman. Zaman saya sekolah, mengisi
biodata di diary sedang ngetren. Diary saya juga berwarna biru. Ternyata ada
banyak variasi warna biru. Saya suka darkblue. Katanya, biru melambangkan
kedamaian. Tapi sepertinya tidak berpengaruh untuk saya. Hidup saya penuh
pergolakan. Biru hanyalah sebatas keindahan. Biru itu dia dari sudut pandang
saya yang sedang merindu.
PUTIH
Ada putih pada biru, awan. Ada putih pada kematian, kafan. Ada
putih pada raga, tulang. Ada putih pada dunia, kasih. Ada putih pada cahaya,
do'a.
Tak begitu menyukai putih tapi terbiasa (harus) mengenakan kostum
warna ini di hari Senin dan Jum'at. Keteledoran saya sering kali membuatnya
ternoda. Dan saya benci menjadi penyebab hilangnya keindahan pada sesuatu,
termasuk putih yang tak bersalah. Saya menghindari putih jika memungkinkan.
Seseorang penyuka warna hijau yang katanya menyukai saya selama sembilan tahun
paling suka melihat saya mengenakan jilbab putih. Katanya, dia damai saat
menatap saya.
HIJAU
Saya tidak mengerti mengapa ada orang yang begitu menyukai warna
hijau, seperti ketidakmengertian saya jika ada orang yang menggugat terik
mentari. Bukankah terik mentari sudah menjadi bagian dari keseharian, begitupula
warna hijau. Ketidakmengertian itu bukan
bermaksud menyalahkan. Mungkin saya terbiasa dengan kerimbunan pepohonan dan
hamparan persawahan. Sepuluh tahun hidup di pedesaan, tiga tahun berjalan kaki
ke sekolah sejauh tiga kilometer membuat saya karib dengan warna hijau. Mereka
menemani saya berjuang mencari ilmu. Mereka menjadi perpanjangan tangan pelukan
ibu saat seorang gadis kecil sendirian meniti impian di belantara hutan.
UNGU
Dari kecil, saya mengakrabi ungu. Kakak saya pencinta ungu. Hiasan
rambut, pakaian, buku diary, bahkan cat tembok kamarnya berwarna ungu. Entah
apa yang mendasari kesukaannya ini. Sebagai orang yang seringkali lebih
memprioritaskan orang lain, saya cenderung lebih perhatian pada kesenangan
mereka dibanding kesenangan saya sendiri. Kakak saya berhasil meng-ungukan
kami, ketiga adik-adiknya. Ungu, simbol kesetiaan kakak saya, diantara
simbolnya yang lain, satu hal yang sulit saya lakukan.
KUNING
Jika kakak pecinta ungu, maka adik saya penyuka kuning. Jadilah
kamar tidur yang digunakan bernuansa ungu kuning saat mereka tinggal bersama.
Jika saya terwarnai dengan keunguan kakak, adik tidak berhasil mengkuningkan
saya. Mungkin karena stigma otoritasi kuning yang selama berpuluh-puluh tahun
mengangkangi ibu pertiwi. Sejak kecil saya tidak menyukai pemaksaan terhadap
pilihan. Makanya keluarga saya sangat demokratis kecuali dalam satu hal. Saya
tidak berhak bersama lelaki sederhana penyuka merah itu.
JINGGA
I love orange.. Untuk buah, makanan, minuman, senja, tapi tidak
untuk pakaian. Meski sesekali saya tidak masalah mengenakan kostum berwarna
jingga. Jingga dimata saya menggairahkan, menerbitkan air liur, indah. Saya
suka mengeja lafadz jingga sambil menanti petang di semilir angin Losari. Kelak
jika punya anak perempuan, saya ingin salah satunya bernama Jingga. Anak yang mungkin bukan dia ayahnya.
MERAH JAMBU
Feminim, disukai umumnya perempuan, simbol kasmaran. Ketiganya
menjadi alasan saya kurang menyukai warna merah jambu meski akhirnya sebagian
besar busana saya berwarna ini sekarang. Aneh. Entah mengapa PINK dinamakan
merah jambu. Setahu saya, jambu tidak hanya berwarna turunan merah. Ada yang putih, hijau, kuning. Apapun namanya, warna merah jambu seringkali membuat saya labil.Warna yang kerap muncul di pipi saya saat mengingatnya memetik senar gitar di bawah purnama.
COKLAT
Mata saya langsung "belo" melihat warna coklat apalagi
jika itu kostum maupun aksesoris pelengkap keperempuanan seperti sepatu, tas,
jilbab. Warna natural mungkin seperti jiwa saya yang tidak neko-neko. Hehe.
Saya bisa menahan diri untuk tidak membeli perhiasan. Saya bisa tidak tergoda
pada diskon besar-besaran di mall. Saya bisa mengabaikan anggaran pembelian
alat dan bahan kosmetik. Tapi saya kurang bisa melarang diri untuk tidak
merogoh kantong saat berhadapan dengan godaan si coklat. Jadi tolong jangan
menawari saya dagangan pakaian dengan warna ini. Bantu saya menyisihkan gaji
untuk membeli kendaraan pribadi agar tak lagi sering berjalan kaki kemana-mana, sejak dia memilih tiada.
ABU-ABU
Warna ini harus dihindari, tak boleh ada abu-abu dalam keyakinan.
Hitam putih harus jelas. Tapi kenyataannya, saya malah sering menjadi abu-abu.
Menyukai merah tapi meninggalkannya. Menghindari putih tapi dengannya orang
lain bahagia. Bersama jingga tapi enggan mengenakannya. Begitulah. Tak ada
warna yang mampu berdiri sendiri. Seperti saya. Ada gradasi yang menjadikannya menawan atau
menjadi warna baru dengan nama yang baru.
Warna bisa nampak karena adanya bantuan cahaya yang dipantulkan ke
retina mata. Seperti pelangi yang melengkung indah karena bantuan titik-titik
air yang membiaskan cahaya matari.Seperti harapan yang mengurai satu-satu keputusasaan dalam ketundukan hanya sebagai hamba.
13 comments:
Isma orang makasar ya ternyata...
Jadi......warna favorit isma apa nih? Perasaan banyak warna yang disuka :)
Iya bunda... Sy lahir d makassar, suku bugis, sekarang di gowa... Hehe
Saya suka biru... Tapi sering labil. Apa saja boleh. :D
waaah semua warna dibahas :)
saya juga suka biru, tetapi masih lebih menyukai warna lainnya, hihi
saya juga labil, dulu sukaa sekali si biru sendu, sekarang sudah tidak begitu mencintainya. kenapa ya? :D Seiring pergantian usia, mungkin
Warna favoritnya apa mba? saya pecinta ungu sekarang, ga tau nanti hehe. lam kenal
Salam kenal...
Lagi labil mba... Ngakunya sih suka biru tapi skrg kostum dominan coklat sama pink... Gelang suka hitam sama merah... Hehe
Nice Post. Saya suka tutur bahasanya tentang warna. Salam kenal Mba.
Birunya lagi labil ya? semoga langit cerah masih berwarna biru berhias awan putih, tak menjadi kelabu. :-)
Terima kasih... Senang sudah dikunjungi...
Sudah nengok http://ummuazhar.wordpress.com/2013/05/06/pemenang-kuis-dongeng/
silahkan tulis No HP nya ya...
apapun warnanya, teh..eh salam kenal deh buat mbaknya hehehe
salam hangat dari Jember
Alhamdulillah... Seneng... 081342147885
lozz akbar... Salam hangat dari Makassar
warna ungu selalu identik dengan fans band indonesia itu... :D
salam kenal
Beranda Dunia
apapun warnanya, asal kita bahagia :D
Post a Comment