: Untuk Maryah dan Ayyu’
Ia, pada akhirnya, mampu maklum terhadap tugas malaikat
yang, jika waktunya tiba, bekerja sebagaimana biasa, mencabut nyawa
meskipun dulu ia menganggap (malaikat itu) kejam dan jahat
yang tidak memberinya kesempatan sekedar mengucap selamat berpisah kepada kekasihnya.
“Jangan bersedih,” katanya kepada dirinya sendiri menguat-nguatkan
perasaan kehilangan ketika menyaksikan peristiwa yang mengait-ngaitkan
ingatan kepada kekasihnya hingga memuncak-buncahkan kerinduan
membuat ia kadang-kadang bertanya, “Kapan aku juga bisa berselimut kafan?”
Sungai yang berhulu di pelupuk matanya tidak pernah
kering. Ia sering meluangkan waktu meluapkan
kenangan yang tertampung dan kemudian tertumpah
setelah sesaat sebelumnya masih berbentuk genangan.
Pandangannya mengabur, jantungnya berdebar-getar tidak teratur
mengingat seseorang yang telah lama tertidur, pulas, di kubur.
>> Cipulir, 09 November '09
by ka acank
No comments:
Post a Comment