Saturday 27 April 2013

Karena Perempuan... (tetes-tetes sesak yang tertampung saat memaknai film Perempuan Punya Cerita)

Film Perempuan Punya Cerita mengisahkan permasalahan beberapa perempuan di empat lokasi berbeda. Film dari dan untuk perempuan yang juga bertaburan pemain perempuan. Ada apa dengan perempuan? Mengapa cerita perempuan menarik untuk (lagi-lagi) diangkat dalam sebuah film dan dibicarakan? Saya melihatnya dari sisi yang sangat subyektif. Benang merah cerita tentang perempuan ini menurut saya ada tiga hal:
1. Perempuan itu lemah
2. Perempuan menanggung resiko terlihat (hamil misalnya)
3. Perempuan memiliki emosional yang dominan

Perempuan punya cerita merupakan miniatur sederhana tentang kisah tragis perempuan. Banyak cerita belum terungkap, banyak perempuan yang mengalami nasib lebih tragis. Bahkan, para beberapa perempuan pemain film juga tidak menyadari ketragisan yang mereka alami di film ini. “Menjual” diri untuk honor, popularitas, atapun totalitas. 

Pertanyaannya adalah, bagaimana perempuan menyikapi permasalah?
Jikalaupun dunia ini sebegitu kejamnya atau laki-laki sedemikian brengseknya, tidak menjadi alasan untuk membiarkan diri sendiri menjadi korban. Perempuan harus bersikap, punya prinsip. Jangan biarkan siapapun merusak diri, karakter, dan masa depan kita. Kita, saya dan kamu berhak memilih untuk menjadi ikan yang tidak asin di lautan.

Untuk anak MIPA yang sebagian besar perempuan, jaga diri baik-baik. Jangan takut bilang tidak untuk sesuatu yang tidak kamu inginkan meskipun diminta oleh orang yang kamu cintai. Jika sudah terlanjur mengorbankan atau dikorbankan, cari orang yang kamu percaya untuk berbagi. Tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi. Ujian hidup merupakan tes kenaikan kelas untuk menjadi lebih baik. Buat para lelaki, perempuan bukan hanya sekedar pelampiasan keperkasaan atau tempat bersarangnya nafsu yang setiap saat ingin terlampiaskan. Perempuan itu adalah calon ibu dari anak-anak kalian, generasi penerus peradaban manusia.
Di mata Tuhan, perempuan dan laki-laki tidak ada bedanya kecuali kualitas keimanan, yang akan jadi parameter sejauh mana kita menghadapi permasalahan.

No comments: