Monday 27 May 2013

Hadiah oh Hadiah...

Tantangan 8 pekan ngeblog Angingmammiri memasuki tema terakhir, "Komunitas Ideal". Saya belum mau menulis tentang tema itu. Saya mau menulis tentang hadiah. 

Yah, tidak bisa dinafikan bahwa para peserta mengincar hadiah, termasuk saya. Hehe. Meski awalnya, saya mengikuti tantangan ini karena mau mengasah kembali pena yang sudah berkarat, otak yang kadang mandeg, hati yang sedang gundah gulana. Saya menantang diri saya sendiri, apakah mampu dan mau menulis sesuai tema yang disajikan selama 8 pekan, sabar dan taat. Alhamdulillah, saya bisa bertahan dengan tulisan (atau curhatan) yang sebiji dua biji. Hehe. Saya akhirnya tidak mempermalukan almamater Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), tempat saya pertama kali belajar menulis secara serius. Saya bisa bangga menjadi murid Pak Muhannis, seorang guru Bahasa Jerman tapi konsen terhadap kebudayaan lokal (Sinjai), seorang penulis, dan kepala sekolah sebuah SMA negeri di kota kecilku.

Kembali ke hadiah.... :D
Hadiah dari angingmammiri untuk pemenang tantangn 8 minggu ngeblog banyak banget, sampai 17 jenis. Beberapa jenis hadiah bahkan terdiri atas 3 buah hadiah. Wow. Saya ngincar hadiah traveling, buku, dan voucher nonton. Tidak dapat pun sebenarnya tidak apa-apa. Seru saja rasanya memiliki impian.

Berkaitan dengan hadiah, kemarin saat mengikuti outbond bersama rekan-rekan kerja, kelompok saya (namanya teratai), membawa pulang dua hadiah. Kami berhasil meraih juara 2 di lomba menaklukkkan pipa dan lomba kreativitas saat malam ramah tamah. Senaaaang sekali rasanya. Meski hadiahnya hanya berupa sabun mandi, pasta gigi, dan sikat gigi, kami begitu bangga. Letih yang dirasakan setelah mengikuti permainan yang diadakan panitia menguap seketika. 

Mendapatkan hadiah, baik karena menang perlombaan maupun karena adanya moment spesial memang selalu menyenangkan. Serasa jiwa diberi suplemen penambah energi. Di dunia "pembloggeran", saya baru tahu ternyata ada event bagi-bagi hadiah juga. Tentu dengan syarat dan aturan tertentu. Namanya giveaway. Meski belum pernah mengikuti, saya sempat menjelajahi beberapa event giveaway. Seru. Menulis, memperluas silaturahmi, mendapat hadiah,....aduh senangnya.

Beberapa moment mendapatkan hadiah yang masih terekam diotak karena berkesan diantaranya:
1. Penabung terbaik
Kala itu, saya kelas 3 SD. Ada program siswa menyisihkan sebagian uang jajan untuk ditabung pada wali kelas. Saya menang karena saya satu-satunya siswa yang mengikuti program tersebut. Entah karena teman-teman saya tidak punya uang jajan berlebih karena sebagian besar orang tuanya petani atau mereka merasa program tersebut tidak wajib jadi tidak perlu mengikutinya. Jujur, saya ikut karena tidak tega dengan wali kelas saya. Beliau pasti kecewa jika tidak ada yang ikut karena rogram tersebut ide beliau.
2. Juara 1 Lomba Gerak Jalan se- Kecamatan Sinjai Selatan
Eits, meski hanya tingkat kecamatan, bangganya luar biasa. SMP saya dari desa kecil yang baru pertama kali ikut lomba tersebut. Ala-ala Laskar Pelangi. Hehe. Pemenang selalu dipertahankan SMP 1 yang notebene berada di ibukota kecamatan. Apalagi saat itu, yang jadi pemimpinnya perempuan, saya, dipandang sebelah mata. Hadiahnya jam dinding yang akhirnya dipajang di ruang guru. Tidak sia-sia saya gembleng teman-teman menggunakan ilmu "ibu tiri".
3. Juara 1 Lomba Vokal Grup
Saat itu, kelas 3 SMP. Kami menang berdiri. Artinya, kami menang otomatis karena tidak ada kelompok yang berani melawan kami. Katanya percuma. Kami pasti menang. Mereka memang sering melihat kami latihan. Lawannya juga ibu-ibu PKK. Eh, saya ikut dalam kelompok vokal bukan karena suara saya bagus. Jelek banget malah. Tapi teman-teman saya tidak mau berlomba jika tanpa saya. Saya kebagian bantu-bantu koreografi dan sekedar bantu membesarkan suara kelompok.
4. Juara 2 Lomba Menulis Legenda
Saat SMA, saya bergabung dalam KIR (seperti yang saya tulis di paragraf...). Komunitas kami rajin mengikuti lomba penulisan karya remaja. Beberapa kali ikut lomba, saya akhirnya memenangkan lomba penulisan legenda. Saya menulis tentang asal usul nama desa Pattalassang. Cerita para pemenang dibukukan dan mendapat hadiah uang tunai. Uangnya saya belikan baju gamis yang masih ada sampai sekarang.
5. Komentar terbaik
Saya mendapatkan baju kaos yang masih ada juga sampai sekarang, masih saya gunakan kemana-mana. Sudah 11 tahun. Saya menjadi salah satu dari 5 pemenang se-nusantara versi majalah Annida. Annida merupakan majalah remaja muslimah. Saat itu, pembaca diminta untuk memilih pemenang favorit Remaja Berprestasi Annida versi pembaca. Peserta yang saya pilih dan saya komentari berhasil juara. Saya ikut kena cipratan rezekinya.
6. Puisi Minggu Ini
Radio akrab dalam hidup saya karena radio yang menjawab sebagian kehausan saya terhadap informasi. Dusun saya cukup terpencil, tanpa aspal dan listrik kala itu. Radio menggunakan baterai yang bisa dijemur di bawah terik matahari kala soak. Melalui radio jugalah, satu puisi saya diapresiasi. EBS UNHAS memiliki program semacam biskal (bisikan kalbu) yang membacakan curhatan para pendengar. Saya mengirimkan puisi galau yang berbuah satu gelas asimetris cantik.
7. Hadiah Milad ke 27
Sekotak cupcake cantik yang dipesan dengan rasa cinta. Hadiah milad yang diberikan saat makan bersama dalam rangka moment itu juga. Saya kurang suka menspesialkan milad saya bersama orang lain. Paling saya hanya membuat puisi untuk diri sendiri. Saya jarang menerima dan mengharapkan hadiah. Masa kecil dan remaja saya lelah dengan penantian perayaan milad yang tak pernah terjadi membuat saya memutuskan untuk tidak berharap lagi. Tapi kakak dan adik-adik saya berhasil membuat saya bahagia dan terharu. Pertama kalinya saya tidak "menyesalkan" kematian mammi yang begitu cepat. Saya punya mereka.
8. Guru Loyal
Malu sebenarnya. Belum banyak yang saya lakukan untuk yayasan tempat saya bekerja memenuhi kebutuhan dunia dan akhirat. Saya sering melanggar aturan disiplin waktu. Saya juga sering kompalin sana sini. Hadiah tersebut cemeti untuk saya berbuat lebih baik di dunia pendidikan, warning bagi saya agar selalu belajar lebih baik.

Hadiah selalu menyenangkan. Hadiah tentu diberikan dengan alasan tertentu yang memang pantas dimiliki oleh si penerima. Dikekinian, hadiah disalahgunakan sebagai pemulus kepentingan. Semakin besar hadiah, semakin mudah mendapatkan keinginan. Hadiah menjadi kambing hitam dari sogokan, upeti, korupsi. Untungnya, saya di lokasi kerja terjaga dengan itu. 

Dengan kepantasan dan kelayakan yang memiliki dasar/ alasan, tetaplah berbagi hadiah kepada orang lain terutama kepada anak. Seperti halnya hukuman terhadap kesalahan, hadiah terhadap prestasi sangat diperlukan untuk membangun karakter. Jangan sampai anak-anak mengalami kekecewaan yang mendalam seperti yang pernah saya alami.

 Jiwa kanak saya yang belum bisa mengolah pemikiran begitu mengharapkanrrdx apresiasi dari keluarga (orang tua) atas pencapaian-pencapaian saya. Juara umum 6 tahun berturut-turut bukankah prestasi akademik yang lumayan?!  Ditambah dengan prestasi non akademik lainnya. Jangankan hadiah, pelukan atau ucapan selamat saja tidak pernah. Entah karena kultur keluarga yang tidak familiar dengan hadiah atau sudah terbiasa dengan anak-anak berprestasi membuat saya tidak mendapat hadiah. Akademik saya pun jadi labil. Saya saat itu berfikir, ngapain berprestasi toh tidak diapresiasi. Saya akhirnya cuek saja saat peringkat saya turun ke level 16. Saya tidak ambil pusing saat IPK saya 1,**. Saya kemudian menyesal saat mendengar jika ternyata ayah selalu bercerita dengan bangga atas pencapain-pencapaian anak-anak gadisnya ke nyaris semua kawannya. Ternyata itu bentuk hadiah beliau. Jujur, saya lebih butuh tahu fakta ini dibanding sebanyak apapun hadiah berupa barang.

Jangan sungkan berbagi hadiah, sekecil apapun itu. Niatkan sedekah agar bernilai pahala. InsyaAllah akan dikenang si penerima jika berkesan. Berilah hadiah, walaupun hanya sekedar senyum manis untuk orang yang ada di sekitar kita. :).

4 comments:

Unknown said...

komen ya...
benar sekali,awalnya termotivasi ikut 8minggu ngeblog ya karena ingin hadiahnya.Tapi jk takmenangpun,takapalah...yg penting kita sdh berusaha dan yg paling penting kita sdh mengaktifkan serta istiqomah setiap minggunya mengisi rumah kita dg tulisan2 kita...

ah ada yg benar sekali,dlm spikologi kita juga butuh apresiasi/pujian krn kita telah berprestasi.Jika takada apresiasi tsb,seperti dek isma,nilai IP paling jelekpun takmasalah buat kita krn ternyata sama sj.Berprestasi ataupun tidak,tidak ada yg memuji kita.
So,perbaiki ke anak2 kita,jangan sampai terulang pada mereka.Jika anak2 kita berprestasi,puji dan beri hadiah jika perlu.Jika belum berprestasi,diberikan semangat dan motivasi agar mereka mampu bangkit dan memperbaiki diri.

Semangat!!!!

KATALIS HATI said...

Semangat bun..... Heheh. Makasi dah mampir... :)

Anonymous said...

Saya termasuk orang yang suka memberi hadiah, hehehe walau sekedar kartu ucapan milad yang dibuat sendiri (itu dulu, ketika masih banyak wantu untk berkreatifitas) ;-) Betul memberi hadiah bisa saling mendekatkan hati dan menumbuhkan rasa kasih saying, walau hanya sebaris senyum yang tulus atau saling mengomentari blog, hehehe iya ga?

KATALIS HATI said...

iya dong....hehe... Seneeeeeng rasanya jika ada yg merelakan jempol ato telunjuknya mengetikkan kata penghubung silaturahmi.... :D