Friday 3 May 2013

Warna Warni Hidupku

 Tulisan dengan tema WARNA cukup lama menyita pikiran ditengah kesibukan kegiatan dalam rangka memperingati Hardiknas. Profesi yang menuntut itu. Tulisan ini saya ikutkan pada lomba 8 minggu ngeblog bersama Anging mammiri pekan keempat.

Anugerah Tuhan menghadiahkan sepasang mata kepada sebagian besar dari kita untuk melihat spektrum keindahan ciptaanNya. Apalah jadinya jika seluruh jagat raya dan permukaan bumi memerah. Betapa kacaunya jika semuanya berwarna biru atau putih saja. Keseragaman memang membosankan dan sebuah kemustahilan. 

Mengapresiasi anugerah itu membuat saya tidak fanatik terhadap sesuatu termasuk dalam hal warna. Meskipun sering memilih warna biru, tapi saya tidak menutup diri pada warna lain. Eh, dulu sih pernah tidak suka dengan warna pink. Terlalu perempuan. Tapi sejak saya kuliah dan jatuh cinta, saya mulai genit. Awalnya hanya memakai kaos kaki pink. Lama kelamaan jilbab, baju, gamis, buku diary malah ada beberapa yang berwarna pink. 

Dalam postingan ini, saya ingin menuliskan  warna dalam kehidupan saya. Warna yang membuat hari-hari saya dinamis, tak terbatas pada apa yang terlihat mata tapi semua yang digerakkan Tuhan untuk saya rasakan.

MERAH
Merah itu dia. Sosok sederhana yang mencinta diam-diam demi seorang sahabat yang juga memiliki rasa yang sama. Merah di baju dan celana pendek selutut saat pertama berjumpa. Sederhana tapi tak biasa. Dalam waktu, dia berhasil memerahkan saya. Dalam waktu pula, dia dan saya kalah. Seperti cintanya pada saya, dia tak lagi mencintai merah. Sepertinya hitam kini mewakili hatinya.
HITAM
Saya menikmati kekelaman malam. Saya menikmati kepekatan gelap saat menutup mata. Saya memiliki masa yang mahal dalam ruang misterius yang menyamankan saat diselubungi hitamnya kegelapan. Hitam menyamarkan duka dan memproklamirkannya sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Hitam mewakili ketakberdayaan indera tanpa cahaya. Hitam itupulalah yang saya rasa saat haru biru cinta saya akhirnya terabai olehnya.
BIRU
Warna favorit: Biru. Ya, begitulah yang biasa saya tuliskan saat diminta mengisi biodata di diary teman-teman. Zaman saya sekolah, mengisi biodata di diary sedang ngetren. Diary saya juga berwarna biru. Ternyata ada banyak variasi warna biru. Saya suka darkblue. Katanya, biru melambangkan kedamaian. Tapi sepertinya tidak berpengaruh untuk saya. Hidup saya penuh pergolakan. Biru hanyalah sebatas keindahan. Biru itu dia dari sudut pandang saya yang sedang merindu.
PUTIH
Ada putih pada biru, awan. Ada putih pada kematian, kafan. Ada putih pada raga, tulang. Ada putih pada dunia, kasih. Ada putih pada cahaya, do'a.
Tak begitu menyukai putih tapi terbiasa (harus) mengenakan kostum warna ini di hari Senin dan Jum'at. Keteledoran saya sering kali membuatnya ternoda. Dan saya benci menjadi penyebab hilangnya keindahan pada sesuatu, termasuk putih yang tak bersalah. Saya menghindari putih jika memungkinkan. Seseorang penyuka warna hijau yang katanya menyukai saya selama sembilan tahun paling suka melihat saya mengenakan jilbab putih. Katanya, dia damai saat menatap saya.
HIJAU
Saya tidak mengerti mengapa ada orang yang begitu menyukai warna hijau, seperti ketidakmengertian saya jika ada orang yang menggugat terik mentari. Bukankah terik mentari sudah menjadi bagian dari keseharian, begitupula warna hijau.  Ketidakmengertian itu bukan bermaksud menyalahkan. Mungkin saya terbiasa dengan kerimbunan pepohonan dan hamparan persawahan. Sepuluh tahun hidup di pedesaan, tiga tahun berjalan kaki ke sekolah sejauh tiga kilometer membuat saya karib dengan warna hijau. Mereka menemani saya berjuang mencari ilmu. Mereka menjadi perpanjangan tangan pelukan ibu saat seorang gadis kecil sendirian meniti impian di belantara hutan.
UNGU
Dari kecil, saya mengakrabi ungu. Kakak saya pencinta ungu. Hiasan rambut, pakaian, buku diary, bahkan cat tembok kamarnya berwarna ungu. Entah apa yang mendasari kesukaannya ini. Sebagai orang yang seringkali lebih memprioritaskan orang lain, saya cenderung lebih perhatian pada kesenangan mereka dibanding kesenangan saya sendiri. Kakak saya berhasil meng-ungukan kami, ketiga adik-adiknya. Ungu, simbol kesetiaan kakak saya, diantara simbolnya yang lain, satu hal yang sulit saya lakukan.
KUNING
Jika kakak pecinta ungu, maka adik saya penyuka kuning. Jadilah kamar tidur yang digunakan bernuansa ungu kuning saat mereka tinggal bersama. Jika saya terwarnai dengan keunguan kakak, adik tidak berhasil mengkuningkan saya. Mungkin karena stigma otoritasi kuning yang selama berpuluh-puluh tahun mengangkangi ibu pertiwi. Sejak kecil saya tidak menyukai pemaksaan terhadap pilihan. Makanya keluarga saya sangat demokratis kecuali dalam satu hal. Saya tidak berhak bersama lelaki sederhana penyuka merah itu.
JINGGA
I love orange.. Untuk buah, makanan, minuman, senja, tapi tidak untuk pakaian. Meski sesekali saya tidak masalah mengenakan kostum berwarna jingga. Jingga dimata saya menggairahkan, menerbitkan air liur, indah. Saya suka mengeja lafadz jingga sambil menanti petang di semilir angin Losari. Kelak jika punya anak perempuan, saya ingin salah satunya bernama Jingga. Anak yang mungkin bukan dia ayahnya.
MERAH JAMBU
Feminim, disukai umumnya perempuan, simbol kasmaran. Ketiganya menjadi alasan saya kurang menyukai warna merah jambu meski akhirnya sebagian besar busana saya berwarna ini sekarang. Aneh. Entah mengapa PINK dinamakan merah jambu. Setahu saya, jambu tidak hanya berwarna turunan merah. Ada yang putih, hijau, kuning. Apapun namanya, warna merah jambu seringkali membuat saya labil.Warna yang kerap muncul di pipi saya saat mengingatnya memetik senar gitar di bawah purnama.
COKLAT
Mata saya langsung "belo" melihat warna coklat apalagi jika itu kostum maupun aksesoris pelengkap keperempuanan seperti sepatu, tas, jilbab. Warna natural mungkin seperti jiwa saya yang tidak neko-neko. Hehe. Saya bisa menahan diri untuk tidak membeli perhiasan. Saya bisa tidak tergoda pada diskon besar-besaran di mall. Saya bisa mengabaikan anggaran pembelian alat dan bahan kosmetik. Tapi saya kurang bisa melarang diri untuk tidak merogoh kantong saat berhadapan dengan godaan si coklat. Jadi tolong jangan menawari saya dagangan pakaian dengan warna ini. Bantu saya menyisihkan gaji untuk membeli kendaraan pribadi agar tak lagi sering berjalan kaki kemana-mana, sejak dia memilih tiada.
ABU-ABU
Warna ini harus dihindari, tak boleh ada abu-abu dalam keyakinan. Hitam putih harus jelas. Tapi kenyataannya, saya malah sering menjadi abu-abu. Menyukai merah tapi meninggalkannya. Menghindari putih tapi dengannya orang lain bahagia. Bersama jingga tapi enggan mengenakannya. Begitulah. Tak ada warna yang mampu berdiri sendiri. Seperti saya. Ada gradasi yang menjadikannya menawan atau menjadi warna baru dengan nama yang baru. 

Warna bisa nampak karena adanya bantuan cahaya yang dipantulkan ke retina mata. Seperti pelangi yang melengkung indah karena bantuan titik-titik air yang membiaskan cahaya matari.Seperti harapan yang mengurai satu-satu keputusasaan dalam ketundukan hanya sebagai hamba.


13 comments:

Anonymous said...

Isma orang makasar ya ternyata...
Jadi......warna favorit isma apa nih? Perasaan banyak warna yang disuka :)

KATALIS HATI said...

Iya bunda... Sy lahir d makassar, suku bugis, sekarang di gowa... Hehe
Saya suka biru... Tapi sering labil. Apa saja boleh. :D

Artha Amalia said...

waaah semua warna dibahas :)

saya juga suka biru, tetapi masih lebih menyukai warna lainnya, hihi
saya juga labil, dulu sukaa sekali si biru sendu, sekarang sudah tidak begitu mencintainya. kenapa ya? :D Seiring pergantian usia, mungkin

evrina said...

Warna favoritnya apa mba? saya pecinta ungu sekarang, ga tau nanti hehe. lam kenal

KATALIS HATI said...

Salam kenal...
Lagi labil mba... Ngakunya sih suka biru tapi skrg kostum dominan coklat sama pink... Gelang suka hitam sama merah... Hehe

Anonymous said...

Nice Post. Saya suka tutur bahasanya tentang warna. Salam kenal Mba.
Birunya lagi labil ya? semoga langit cerah masih berwarna biru berhias awan putih, tak menjadi kelabu. :-)

KATALIS HATI said...

Terima kasih... Senang sudah dikunjungi...

Unknown said...

Sudah nengok http://ummuazhar.wordpress.com/2013/05/06/pemenang-kuis-dongeng/

silahkan tulis No HP nya ya...

ESSIP said...

apapun warnanya, teh..eh salam kenal deh buat mbaknya hehehe


salam hangat dari Jember

KATALIS HATI said...

Alhamdulillah... Seneng... 081342147885

KATALIS HATI said...

lozz akbar... Salam hangat dari Makassar

berandadunia said...

warna ungu selalu identik dengan fans band indonesia itu... :D
salam kenal

Beranda Dunia

Vanisa Desfriani said...

apapun warnanya, asal kita bahagia :D